Tampilkan postingan dengan label patung 雕塑. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label patung 雕塑. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 November 2021

Senin, 22 Maret 2021

Tempat patung

 





Kotak tempat patung
Dimensi 32 cm x 20 cm tinggi 43 cm
Masih menggunakan kaca lama (bergelombang)
Kondisi utuh


Jumat, 12 Februari 2021

TIGA DEWA KEBERUNTUNGAN 三神運氣 (Besar)

Fu Lu Shou  福禄壽  mengacu pada konsep Keberuntungan (Fu/ 福) , Kesejahteraan (Lu/ 禄), dan Panjang Umur (Shou/ 壽). Istilah ini umum digunakan dalam budaya Cina untuk menunjukkan tiga unsur kehidupan yang baik. 


Patung ketiga dewa ini dapat ditemukan hampir di setiap rumah Cina dan banyak toko-toko milik masyarakat Cina di altar kecil dengan segelas air, sebuah persembahan menguntungkan seperti jeruk , terutama selama Tahun Baru Cina. Secara tradisional,susunan mereka adalah dari  kanan ke kiri (sehingga Fu 福  ada di sebelah kanan, Lu 禄 di tengah, dan Shou 壽 di paling kiri).

Fu kung kung (福) mengacu pada planet Jupiter . Dalam astrologi tradisional, planet Jupiter diyakini sebagai bintang keberuntungan.


Menurut legenda Tao, Dewa Fu 福 dikaitkan dengan Yang Cheng 阳城, seorang gubernur  Daozhou 道州. Yang Cheng mempertaruhkan hidupnya dengan menulis peringatan kepada kaisar untuk menyelamatkan bangsa dari penderitaan.


Setelah kematiannya, orang-orang membangun sebuah kuil untuk mengenang dia, dan dari waktu ke waktu ia dianggap sebagai personifikasi dari keberuntungan 福.


Dewa Fu 福  biasanya digambarkan dalam pakaian sarjana, memegang sebuah gulungan kitab, yang kadang-kadang tertulis karakter 福如東海/Fu ru dong hai (Berkelimpahan bagai laut timur) . atau dapat juga dilihat sedang menggendong anak, atau dikelilingi oleh anak-anak.


Lu Kung Kung ( 禄 ) adalah ζ Ursa Majoris , atau, dalam astronomi tradisional Cina, bintang keenam di cluster Wenchang

Dewa Lu 禄 diyakini sebagai Zhang Xian, yang hidup pada Dinasti Shu.

Kata lu 禄 secara khusus mengacu pada gaji seorang pejabat pemerintah. Dengan demikian, dewa Lu 禄 adalah dewa kemakmuran, pangkat dan pengaruh.


hiasan topi aslinya hilang dan diganti dengan kayu tapi tidak mengurangi keindahannya


Dewa Lu 禄 juga disembah secara terpisah dari dua lainnya sebagai dewa yang menolong seseorang dalam Ujian kerajaan, keberhasilan dalam birokrasi kerajaan. Dewa Lu 禄 biasanya digambarkan memakai pakaian kebesaran pejabat kekaisaran China
dewa Lu 禄 memegang gulungan kitab bertuliskan 恭喜發財/gong xi fa cai (bersuka cita menerima kemakmuran) atau memegang ruyi

Shou kung kung (壽) adalah α Carinae ( Canopus ), bintang Kutub Selatan dalam astronomi Cina, dan diyakini mengendalikan masa hidup dari manusia.


Menurut legenda, ia dikandung ibunya selama sepuluh tahun, dan sudah tua saat dilahirkan.

+

Dia cirikan dengan dahinya yang menonjol / jenong dan membawa buah persik / thao sebagai sebagai simbol keabadian . 


terdapat sedikit cacat pada tangan yang memegang tongkat, hal ini mungkin karena tongkat tersebut memang bisa dilepas jadi kurang hati hati saat memasangkan atau melepasnya
tapi tidak begitu terlihat


Dewa Panjang Umur biasanya ditampilkan tersenyum dan ramah, dan dia kadang-kadang dapat membawa labu diisi dengan Ramuan Kehidupan.
Dewa panjang umur memegang buah persik dan pada tongkatnya terikat gulungan kitab bertuliskan 壽比南山/ shou bi nan shan (panjang umur laksana gunung selatan)

Patung tiga dewa keberuntungan dengan tinggi 60 cm, buatan era jaman awal republik Tiongkok
ada beberapa kekurangan karena usia tapi tidak mengurangi keindahannya.
cukup jarang didapatkan patung dengan dimensi yang cukup besar, mengingat transportasi di masa itu

Tiga dewa keberuntungan merupakan salah satu intisari filsafat kehidupan masyarakat Cina,
dimana dalam kehidupan ini manusia akan berbahagia jika memiliki 福 (keberuntungan), 禄 (Pangkat/Harga diri) dan 壽 (Panjang usia) 
suatu makna yang indah dalam sebuah karya seni

Sabtu, 15 Februari 2020

Sun Go Kong 孙武功


Sun Wukong lahir di Huāguǒ-shān ( 花果山 Gunung Bunga-bunga dan Buah-buahan) dari sebuah batu mitos yang menerima saripati (qi) matahari dan bulan selama ribuan tahun. Ia tinggal bersama kawanan monyet kemudian dihormati setelah menemukan Shuǐlián-dòng ( 水帘洞 Gua Tabir Air) di belakang sebuah air terjun raksasa. Monyet-monyet mengangkatnya sebagai raja mereka kemudian Sun Wukong menggelari dirinya sendiri sebagai Měi Hóuwáng (Raja Monyet Gagah). Ia menyadari bahwa dirinya masih akan mengalami kematian meskipun ia berkuasa atas monyet-monyet yang lain, maka Wukong berniat untuk mencapai keabadian. Ia berkelana dengan rakit ke wilayah-wilayah beradab lalu menemui dan menjadi pengikut Bodhi, salah satu guru Buddhisme/Taoisme. Oleh karena itu, Wukong mempelajari seni bertutur-kata dan budi pekerti manusia.


Pada mulanya, Bodhi enggan menerima Wukong sebagai pengikutnya karena Wukong bukanlah manusia. Namun, karena kegigihan dan ketabahan Wukong, Bodhi menjadi tertarik kepada monyet itu dan memberinya nama resmi Sun Wukong ("Sun" menunjukkan asal-usulnya sebagai monyet dan "Wukong" membawa pengertian sadar akan kekosongan). Tidak lama kemudian, minat dan kecerdasan Wukong menjadikannya salah satu pengikut kesayangan Bodhi. Bodhi membimbing dan melatihnya berbagai ilmu sakti dan Wukong menguasai ilmu perubahan bentuk yang dikenal sebagai "72 perubahan". Ilmu itu membuat yang menguasainya dapat berubah wujud dalam berbagai bentuk yang memungkinkan, termasuk manusia dan barang. Wukong juga belajar perjalanan awan, termasuk teknik Jīndǒuyún (bersalto di atas awan) yang dapat mencapai 108,000 li (54,000 km). Ia juga dapat mengubah setiap bulunya yang berjumlah 84000 menjadi barang dan makhluk, atau mengklonkan dirinya. Wukong menjadi terlalu angkuh karena kemampuannya dan mulai berbicara angkuh dengan murid-muridnya yang lain. Hal itu membuat Bodhi tidak senang kemudian mengusirnya dari kuil. Sebelum mereka berpisah, Bodhi mengarahkan Wukong supaya berjanji tidak akan memberitahu siapapun tentang bagaimana dia mendapatkan ilmu tersebut.


Di Huāguǒ-shān, Wukong memantapkan kedudukannya sebagai salah satu siluman yang paling berkuasa dan berpengaruh di dunia. Untuk mencari senjata yang sesuai, ia menjelajah lautan dan memperoleh tongkat Ruyi Jingu Bang. Tongkat itu dapat berubah ukuran dan menduplikasikan diri, juga bergerak sesuai kehendak hati pemiliknya. Mulanya tongkat itu digunakan oleh Yu Agung untuk mengukur kedalaman lautan, kemudian menjadi "Tiang yang Menenangkan Lautan" serta harta karun Ao Guang, "Raja Naga Laut Timur". Berat tongkat itu adalah 13,500 kati (8.1 tan). Saat Wukong mendekatinya, tiang itu bersinar, menandakan bahwa ia telah menjumpai pemiliknya yang benar. Tongkat itu membolehkan Wukong menggunakannya sebagai senjata serta menyimpannya di dalam telinga sebagai jarum jahit. Hal tersebut menyebabkan para makhluk sakti laut ketakutan serta mengakibatkan huru-hara di laut karena tidak benda lain yang mengawal pasang surut lautan. Selain merampas tongkat sakti itu, Wukong juga menewaskan naga-naga empat laut dalam pertempuran dan memaksa mereka memberikannya baju zirah (鎖子黃金甲), topi berbulu Fenghuang (鳳翅紫金冠 Fèngchìzǐjinguān), serta sepatu bot yang membuatnya dapat berjalan di atas awan (藕絲步雲履 Ǒusībùyúnlǚ). Saat petugas Neraka datang untuk mencabut nyawanya yang sudah habis, ia berubah wujud menjadi makhluk lain sehingga mereka terkecoh. Ia akhirnya turun ke dunia akhirat kemudian menghapuskan namanya bersama-sama nama semua monyet yang dikenalinya dari "Buku Hidup dan Mati". Raja-raja Naga dan Akhirat memutuskan untuk mengadukannya kepada Kaisar Giok di Surga.


Kaisar Giok berharap dengan memberikan Wukong jabatan di kalangan dewa akan membuatnya lebih mudah diawasi. Wukong mengira ia akan diangkat sebagai salah satu dewa, tetapi ia hanya dijadikan pengurus kandang kuda surga untuk menjaga kuda. Setelah mengetahui hal itu, ia memberontak dan mengangkat dirinya sebagai "Bikkhu Agung, Berpangkat Setara dengan Surga" dan bersekutu dengan para siluman yang paling berkuasa di dunia. Percobaan awal Surga untuk menguasai Raja Monyet tidak berhasil. Selanjutnya, para dewa terpaksa mengakui gelar Wukong tersebut serta mencoba menawarinya kedudukan sebagai "Pelindung Taman Surga". Saat Wukong mendapati dirinya tidak diundang untuk menghadiri sebuah jamuan kerajaan oleh Xi Wangmu, sementara dewa dan dewi lain dijemput, ia menjadi marah. Setelah mencuri "persik keabadian" Xi Wangmu, pil lanjut usia Lao Tzu, serta minuman anggur Kaisar Giok, Wukong melarikan diri kembali ke kerajaannya untuk menyusun pemberontakan.


Wukong kemudian menewaskan Tentara Surga yang terdiri atas 100,000 pahlawan samawi dan membuktikan dirinya menjadi lawan tanding Er Lang Shen, jenderal Surga yang terunggul. Namun, ia akhirnya berhasil ditangkap atas kuasa Taoisme dan Buddhisme, serta usaha para setengah dewa. Beberapa percobaan hukuman mati untuknya gagal, sehingga Wukong akhirnya dikurung dalam sebuah tungku bagua Lao Tzu untuk disuling menjadi pil obat dengan cara dibakar menggunakan api meditasi yang paling panas. Namun, tungku tersebut meledak setelah 49 hari dan Wukong melompat ke luar, bahkan menjadi lebih kuat daripada yang dahulu. Wukong kemudian berbuat berbagai kejahatan melalui huǒyǎn-jīnjīng (火眼金睛) ("renungan keemasan mata bernyala-nyala"), suatu keadaan dimana mata tahan terhadap asap.


Setelah semua cara gagal dilakukan, Kaisar Giok memohon Buddha yang tinggal di kuilnya di Barat. Buddha bertaruh dengan Wukong bahwa Wukong tidak akan dapat melarikan diri daripada tapak tangannya. Wukong yang dapat menempuh 108,000 li dalam satu kali lompatan, dengan angkuhnya, setuju dengan taruhan tersebut. Ia kemudian melompat bahkan dengan berkali-kali salto dan mendarat pada suatu tempat yang hanya terdapat lima batang tiang. Ia mengira telah mencapai ujung dunia. Sebagai penanda bahwa dirinya telah sampai di tempat itu, ia menulis pada tiang-tiang itu kalimat "Bikkhu Agung yang Sama Kedudukannya dengan Syurga", kemudian mengencinginya. Ia kemudian melompat kembali ke telapak tangan Buddha, dimana ia ditunjukkan bahwa kelima tiang tersebut adalah kelima jari tangan Buddha. Wukong segera berusaha melarikan diri, tetapi Buddha menindihnya dengan telapak tangan yang berubah menjadi gunung. Gunung tersebut disegel dengan mantra Om Mani Padme Hum dalam huruf emas. Wukong terkurung di sana selama lima abad.


Lima abad kemudian, Bodhisatva Guanyin sedang mencari-cari pengikut untuk melindungi Xuanzang, seorang penziarah Dinasti Tang, yang ingin membuat perjalanan ke India untuk memperoleh sutra agama Buddha. Pada saat Wukong terdengar hal itu, dia menawarkan diri untuk ditukar dengan kebebasannya. Guanyin memahami bahwa monyet itu tidak benar-benar berniat untuk mengawal dan oleh karena itu, memberi Xuanzang sebuah cekak rambut (bandana) ajaib, hadiah dari Buddha. Sekali saja Wukong ditipu untuk memakainya, cekak itu tidak dapat dilepaskan lagi. Dengan mantera khusus, cekak itu dapat diketatkan dan mengakibatkan kesakitan yang tidak tertahankan pada kepala Wukong. Atas keadilan, Guanyin juga memberi Wukong tiga bulu yang istimewa yang boleh digunakan dalam keadaan yang mendesak. Di bawah pengawasan Xuanzang, Wukong diperbolehkan melakukan perjalanan ke Barat.


Pada sepanjang epik Perjalanan ke Barat, Wukong membantu Xuanzang dengan setia dalam perjalanannya ke India. Mereka disertai oleh "Pigsy" (猪八戒 Zhu Bajie) dan "Sandy" (沙悟浄 Sha Wujing) yang menawarkan diri untuk menemani sami itu bagi menebus dosa mereka. Kuda sami sebenarnya ialah putra naga. Keselamatan Xuanzang sentiasa terancam oleh setan-setan serta makhluk-makhluk gaib yang lain yang mempercayai bahwa daging Xuanzang, apabila dimakan, dapat menambah umur. Wukong sentiasa bertindak sebagai pengawal pribadi Xuanzang dan dikaruniai kuasa Surga untuk memerangi ancaman-ancaman tersebut. Pada akhirnya, kelompok itu menghadapi 81 kesengsaraan sebelum mencapai misi mereka dan kembali ke China. Wukong kemudian dikurniai dengan Kebuddhaan atas dedikasi kesetiaan dan kekuatannya.


patung kayu sun wu kung duduk diatas tahta
dengan dimensi 17 cm x 16 cm 
tinggi 32 cm
dan tinggi sampai ujung tongkat 42 cm


tampilannya gagah dan berwibawa


Muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman. Di dalam kalangan sastrawan Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, namun mayoritas menolak teori ini. Juga ada yang berpendapat bahwa Wu mendapat inspirasi dari Hanoman, namun Sun Go Kong kemudian digambarkan tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman India. Lu Xun (1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal. Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil inspirasi dari cerita karya Lee Gong-zuo yang hidup di zaman Dinasti Tang. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Buddha. Setelahnya ia berganti nama menjadi Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go Kong atas modifikasi Wu Zi Qi. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang Bikkhu yang juga terkenal pada masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong = Hokkian), nama asli Che Chao-feng.


Namun Hu Shi, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya Wu Cheng-en tadi. Ada pula sastrawan lain Ji Xian-lin yang berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2 merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada penulisnya sendiri, Wu Cheng-en.


Sabtu, 01 Februari 2020

Vas dinding qilin






Sebuah vas dinding dengan motif qilin yang meerupakan simbol kebahagiaan, kebijaksanaan dan keberuntungan
Cukup langka vas dengan motif demikian
Terbuat dari porcelen vas macam ini merupakan produk era dinasti Ming 

Cantik dan antik untuk menghiasi ruang anda

Rabu, 29 Januari 2020

Patung Dewi guan yin menunggang qilin












Patung de hua
Dewi kuan yin memegang ru yi, menunggang qilin
Dewi guan yin adalah dewi welas asih
"Ru yi" sendiri mempunyai arti "seperti yang diharapkan"
Sedang qilin merupakan binatang mitologi yang dipercaya membawa "keberuntungan" dan "nasib baik."
Patung ini mengandung arti sang dewi welas asih akan memberikan keberuntungan dan nasib baik seperti yang diharapkan

Dengan dimensi dari ujung kepala qilin sampai ke ekor 17 cm dan tinggi 26 cm

Patung sarat dengan makna keberuntungan ini cantik untuk dikoleksi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...