LEKSANA gallery : SARINGAN TEH

Jumat, 25 November 2011

SARINGAN TEH

dengan diameter 5,5 cm dan panjang 11 cm

disekelilingnya terdapat motif flora yang indah

terbuat dari kuningan dengan dilapis perak

kondisi mulus tampak terawat, lapisan peraknya tidak ada yang terkelupas

bentuknya yang mungil nampak indah dan berharga untuk dikoleksi

SOLD

Kami berada di :

Jln.Raya no 72

Purwareja Klampok

Banjarnegara 53474

Jawa Tengah

Contact :

Phone/SMS :082137736057

WA : 082137736057

e-mail : wuhuailung@gmail.com

Silahkan sms atau hubungi nomor telepon diatas untuk menanyakan barang barang yang ada di gallery kami.

Harga adalah diluar biaya pengiriman, dan masih dapat di negosiasikan

(Demi kenyamanan bersama, harap menanyakan kondisi barang sejelas jelasnya, karena barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan, kecuali ada perjanjian sebelumnya.)

selamat menikmati koleksi koleksi kami, dan kami senantiasa siap sedia melayani anda.

CINA PERANAKAN 土生華人

kedatangan orang China di Indonesia telah tercatat sejak

beratus-ratus tahun yang lalu, yaitu sejak pedagang-pedagang China mengunjungi pulau

Jawa dengan tujuan utama berdagang. Hubungan antara China dengan Indonesia telah

ada sejak awal Masehi. Adanya penemuan benda-benda keramik di Jawa Barat, Banten

Utara, dan Sumatera Selatan yang berasal dari Jaman Dinasti Han (漢朝) (206SM-220M)

membuktikan terjadinya perdagangan keramik antara

China dan Indonesia.

Akhir abad 9 yaitu dinasti Tang (唐朝) sejumlah imigran China datang ke

Indonesia dengan tujuan utama berdagang dan menetap di Indonesia yaitu Pulau Jawa.

Tempat tinggal mereka umumnya di Pantai Tuban, Surabaya dan Gresik. Hal ini dapat

dimengerti mengingat pelabuhan-pelabuhan besar di Pulau Jawa baik untuk berdagang

ataupun untuk bertempat tinggal, semuanya terletak di sepanjang pantai utara Pulau

Jawa yang menghadap ke Laut China Selatan.

Sedangkan orang-orang China yang

datang ke Sumatera dan Kalimantan sebagian besar adalah petani dan buruh. Orang

China hidup dengan berdagang, bertani dan menjadi buruh, mereka umumnya yang

datang hanya lelaki dan tidak membawa keluarganya dari China. Mereka menikahi

perempuan lokal untuk dijadikan istri karena pada jaman itu ada aturan perempuan

dilarang pergi ke luar China. Sejak itu munculah sebuah ras campuran baru, yaitu

golongan peranakan atau keturunan China. Kebudayaan golongan peranakan bukan

kebudayaan China dan juga bukan kebudayaan asli. Anak-anak mereka, dibesarkan oleh

ibu bangsa pribumi, dengan segera mereka kehilangan Bahasa Mandarin dan berbicara

dengan bahasa lokal. Namun, mereka masih memelihara identitas sebagai orang China.

China peranakan bersama penduduk setempat, dari generasi ke generasi hidup rukun

damai.

Dari data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

Dinasti Han (漢朝)

kuno dapat dijadikan sebagai prolog dari sejarah China peranakan.

Dinasti Tang (唐朝)

dijadikan sebagai awal sejarah dari sejarah China peranakan. Dinasti Song (宋朝)

terutama Nan Song (南宋朝) (abad 12-13) menjadi permulaan dari China peranakan.

Akhir dinasti Yuan (元朝) dan awal dinasti Ming (明朝) (pertengahan abad 14 sampai awal

abad 15), perantau China sudah cukup makmur.