Banyak versi dari catatan sejarah mengenai hal ini. Cerita yang paling terkenal adalah kisah tentang seorang penari cantik di zaman dinasti Shang. Kakinya sangat kecil dan runcing. Gerakannya pun elegan dan indah. Kaisar saat itu memuji bahwa kakinya seperti bunga teratai (lotus). Sejak saat itu, banyak wanita mulai mencari cara agar kakinya mirip sang penari.
Banyak sekali puisi-puisi yang menyebut tentang lotus feet (kaki teratai) ini. Sehingga semakin mendorong banyak wanita untuk mengubah kakinya. Karena wanita ini kebanyakan sudah dewasa, akhirnya anak-anak merekalah yang menjadi ‘korban’ uji coba. Kebiasaan yang dilakukan wanita bangsawan ini berlangsung terus menerus selama ratusan tahun. Bahkan hingga hampir 100% wanita bangsawan di zaman dahulu yang melakukan praktek ini pada kakinya.
Di China zaman dahulu, para wanita bangsawan sangat bangga memiliki kaki seperti ini. Sepatu untuk kaki ini juga memiliki hiasan yang indah-indah seperti sutra, benang emas, mutiara, dan lain-lain. Kaum lelaki pun sangat suka memilih wanita yang memiliki lotus feet.
Lotus Feet dibuat dengan cara cukup unik. Biasanya dilakukan pada bayi yang baru lahir atau anak-anak di bawah 10 tahun. Proses pembuatannya adalah kaki direndam dalam ramuan khusus yang berupa rempah-rempah, obat-obatan, dan darah hewan. Kemudian kuku dipotong dan dibentuk agar tidak terjadi infeksi. Setelah itu jari-jari dibentuk dengan cara dibengkokkan dan dipatahkan!
inilah resiko untuk tampil cantik di masa lalu. Setelah jari-jari dipatahkan, kemudian dibungkus dengan perban khusus yang sudah direndam ramuan-ramuan tertentu. Perban akan dibuka pada waktu tertentu untuk melihat kondisi kaki, menjaga infeksi, dll. Kadang-kadang harus dipatahkan lagi agar bentuknya ‘sempurna’. Proses ini pun berlangsung bertahun-tahun.
Pada zaman dinasti Qing, kaisarnya yang bijaksana yang bernama Kang Xi sempat melarang lotus feet yang sudah berlangsung ratusan tahun ini. Tetapi berhubung ia adalah kaisar dari ‘suku’ lain, peringatan ini tidak begitu diindahkan oleh wanita-wanita suku Han (suku mayoritas).
Di abad 18, terjadi pemberontakan yang dilakukan suku Hakka (salah satu suku di China). Suku ini tidak memiliki kebiasaan lotus feet. Gerakan pemberontakan ini juga menyebarkan nilai-nilai kebebasan manusia dan pencerahan, sehingga banyak orang yang tersadar akan buruknya trend ini.
Setelah pemberontakan Hakka selesai ditumpas, banyak misionaris barat yang masuk ke China.
Karena semakin banyak orang yang mulai sadar, akhirnya timbul lah gerakan Anti Lotus Feet yang menyebar ke seluruh China. Tak lama kemudian, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk melarang praktek ini di tahun 1912. Berakhirlah trend cantik seram ini.
Di zaman modern, masih ada beberapa wanita tua di China yang masih memiliki kaki ini. Hal ini terjadi karena mereka sempat menjalani proses ini sebelum pelarangan terjadi.
Sepasang " Sepatu Lotus " yang legendaris dalam kondisi masih terawat belum pernah digunakan. pada salah satu sepatu terdapat sambungan kain yang biasa ditambahkan pada sepatu ini untuk menyesuaikan dengan besar dan bentuk kaki nya ( karena kaki lotus tidak ada yang mempunyai bentuk atau ukuran yang sama)
kemungkinan sepatu ini sedang dalam proses untuk digunakan, tetapi belum sempat digunakan.
sepatu lotus di Indonesia termasuk amat langka, hal ini dikarenakan rata rata orang Cina yang datang ke Nusantara adalah kaum pria dan rakyat jelata. sedangkan hanya para bangsawan dan orang orang terpandang yang memiliki kaki lotus.
memilikinya seakan menggenggam sekelumit kisah perjalanan kecantikan dan penderitaan di masa lalu
SOLD